arti logo samiyah

Pesantren Tua di Bandung

pesantren tua

Pesantren Tua di Bandung

oleh : Herri Permana

Pondok pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan atau bimbingan yang dimana mengenakan sistem asrama maupun pondok dengan figur sentral seorang Kyai lalu tempat pelaksanaan berbagai kegiatannya bernama masji

Dalam bahasa awamnya, pondok pesantren dapat disebut juga dengan istilah pondok saja atau dapat digabungkan menjadi satu yakni pondok pesantren.

Jika sekilas, kedua kata ini mempunyai makna sama. Sedikit perbedaan ada pada Asrama yang jadi tempat inap santri sehari – hari. Asrama dapat dikatakan sebagai pembeda antara pondok dengan pesantren.

 

3 Pondok Pesantren Tua Di Bandung ( NU )

 

Pada jaman dahulu kala, para kyai tidak asal begitu saja dalam membangun atau membuka pesantren akan tetapai dilaluinya banyak perjuangan dan pertimbangan sangat matang.Seperti dengan apa yang ada di Bandung, terdapat cukup banyak pondok pesantren  tua  yang terkemuka dan tidak perlu diragukan kualitasnya.

 

Bahkan, pondok pesantren di Bandung banyak yang sudah dikenal disegala penjuru Nusantara. Dari hal ini, maka tidak tabu jika tidak sedikit orang tua yang memutuskan untuk mempercayakan anak – anaknya untuk menuntut ilmu di kota kembang tersebut.

 

Pada kali ini akan kami berikan daftar 3 pondok pesantren tertua di Bandung .

 

  1. Pondok Pesantren Sukamiskin

 

Pondok pesantren Sukamiskin adalah ponpes tua karena telah dirintis pada tahun 1881. Ponpes Sukamiskin menjadi pesantren paling tua di Jawa Barat dan yang mendirikan ialah KH Raden Muhammad bin Alqo.

 

Pondok pesantren Sukamiskin telah melahirkan para kiai dan tokoh ulama paling berpengaruh di Priangan.

 

Pondok pesantren tua ini beralamat di Jalan Sukamiskin No. 123, bangunan pada ponpes Sukamiskin masih sangat kokoh dan tetap terlihat awet walaupun sudah aja sejak 100 lebih tahun lalu.

 

Nama dari Sukamiskin diambil dari bahasa Arab yang dirangkai yaitu Suq dan Misk. Suq dalam bahasa Indonesianya adalah pasar lalu Misk adalah minyak wangi.

 

Dengan begitu, Sukamiskin secara jelasnya adalah ” Pasar Minyak Wangi “. Pengambilan nama tersebut karena selaras dengan Sukamiskin yang disaat itu menjadi pusat pertama yang berada di kota Bandung dengan jumlah pengunjung terbilang banyak untuk mengemban ilmu disana, terlebih dalam konteks keagamaan.

 

Seiring dari waktu ke waktu, pondok pesantren Sukamiskin terus melakukan upaya – upaya untuk mengembangkan berbagai ilmu tariqah. Tapi, setelah datang dari penggalian ilmu di Mekah, Kiai Dimyati yang merupakan anak dari Kiai Muhammad bin Alqo, pesantren tertua du Jawa Barat ini semakin terarah.

 

Saat masa dibawah pimpinan KHR Ahmad Dimyati, Pondok pesantren Sukamiskin menjadi salah satu ponpes yang memakai Bahasa Sunda.

 

Ponpes Sukamiskin juga mengalami lika – liku seperti pada saat tahun 1942,  saat itu telah terjadi sebuah pengeboman yang dilakukan kolonial Belanda sehingga membuat Pondok Pesantren Sukamiskin menjadi hancur menyisakan puing – puing.

 

Saat sepeninggal Kiai Damyati, Sukamiskin dipimpin oleh Kiai Ahmad Haedar Dimyati yang merupakan putranya sendiri. Beliau mencoba membangun kembali ponpes yang luluh lantah akibat bom dari Belanda dan hingga kini diurus oleh keturunannya.

 

Peninggalan dari ponpes Sukamiskin yang dapat dilihat secara jelas saat ini ialah penggunaan keramik lama dengan dekorasi pada bagian dalam, dindingnya masih sangat kokoh, lalu ada bagian kubah rumah yang masih memakai gaya arsitektur jaman dulu.

Banyak kalangan yang belajar di Sukamiskin ekarang ini telah mendirikan ponpes sebagai bentuk memanfaatkam ilmu yang telah didapat saat di Sukamiskin.

 

  1. Ponpes Mama Cibaduyut

 

Pondok Pesantren Mama Cibaduyut atau ar- Rasyid merupakan salah satu pondok pesantren tua di Kota Bandung selain Sukamiskin. Pondok Pesantren ini terletak di Jalan Cibaduyut Raya Nomor 65 RT 03/ RW 01 Kelurahan Cibaduyut Kecamatan Bojongloa Kidul tepatnya di Cimahi.

 

Wilayah tersebut telah terkenal dengan destinasi wisata karena Cibaduyut menjadi sentra produksi sepatu yang dibuat oleh masyarakat setempat dan telah banyak dipasarkan di berbagai toko sepatu disekitarannya.

 

Ponpes ini didirikan oleh KH. Raden Muhammad Zarkasyi yang sangat akrab dengan sapaan Mama Cuhapit atau Mama Cibaduyut.

 

Kepindahan Mama Cibaduyut dari Cihapit menuju Cibaduyut konon katanya daerah tersebut dalam masa kekuasaan Belanda. Akan tetapi Hasan Mustafa selaku salah satu pengurus ponpes tersebut tidak tahu pasti mengenai pertama kali ponpes ar-Rasyid berdiri.

 

Pondok pesantren ar- Rasyid memakai metode bimbingan mayoritas pesantren salaf yang ada, dengan pegangan berupa kitab kuning. Jumlah santri di Ponpes ar-Rasyid terbaru berjumlah 15 orang dan sangat jauh berbeda saat dibawah pimpinan Mama Cibaduyut.

 

Tempat pesantren Mama Cibaduyut berhadapan dengan tempat pemakaman keluarga besar sang pendiri yakni Mama Cibaduyut ( KH. Raden Muhammad Zarkasyi ) dan letaknya sedikit masuk ke dalam,

 

Hal itu membuat kesan seperti tidak ada suatu hal istimewa dalam gang masuk tersebut, Pasalnya, setelah dapat masuk, akan dirasakan nuansa atau suasana tersendiri lalu auranya membuat siapa saja yang masuk serasa nostalgia pada jaman dahulu.

 

Keistimewaan Mama Cibaduyut

  1. Raden Muhammad Zarkasyi adalah salah satu tokoh Kiai yang telah melahirkan banyak Kiai mahsyur dikala itu. Adapun para Kiai yang pernah belajar kepada beliau, antara lainnya Mama Eyang Rende yang merupakan salah satu seorang ulama yang tekenal juga dengan kewaliannya dan berasal dari Bandung Barat Cikalong wetan.

 

Makam Mama Cibaduyut selalu penuh akan peziarah dan haulnya terus menerus diperingati pada setiap tahun oleh para keluarga serta pecinta dari Mama Cibaduyut.

 

  1. Ponpes Darul Ma’arif Rahayu

 

Darul Ma’arif Rahayu juga menjadi salah satu pondok  pesantren tua atau lembaga pendidikan yang bersifat formal dan non formal yang berlokasi di lingkungan Yayasan Darul Ma’arif Rahayu.  Pondok pesantren ini telah berdiri sejak pada 1948 tepat pada 1368 Hijriyah.

 

Awalnya, Yayasan Darul Ma’aruf Rahayu diirintis oleh Al – Maghfurlah  KH. Najmudin pada saat 1948 dengan metode bimbingan sistem tradisional dengan pengkajian yang memakai kitab kuning serta pengoprasionalan Madrasah Wajar atau Wajib Belajar.

 

Sesudah beliau KH. Najmudin wafat pada 1987, Yayasan Darul Ma’arif Rahayu dikelola atau dilanjutkan oleh putra – putranya yakni KH. Sofyan Yahya, MA sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan Darul Ma’arif  serta Dewan Pengurus Yayasan diketuai oleh KH. Nu’man Abdul Hakim.

 

Lembaga – lembaga pendidikan yang ada dibawah Yayasan Darul Ma’arif Rahayu memadukan bimbingan kurikulum pengetahuan umum serta pengerahuan Agama yang dijamin mumpuni supaya nanti dapat menjadi bekal kehidupan anak didik di masa yang akan datang.

 

Sekiranya itulah daftar 3 pondok pesantren tua NU di Bandung yang bisa kita sampaikan semoga bisa menambah pengetahuan bagi para pembaca terlebih yang sedang mencaritahu ponpes apa saja yang terbilang tua di Kota Kembang ini.

 

Dengan ini juga bisa menjadi pembaca paham betul jika Bandung tidak hanya kota yang penuh destinasi wisata semata melainkan terdapat cukup banyak pondok pesantren tua yang sukses melahirkan santri – santri berkualitas.

 

Penulis adalah Ketua Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Samiyah Amal Insani , Panti Asuhan di Bandung.

 

Back to Article

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Donasi Yuk
1